Pola-pola hereditas
pertama diungkapkan oleh Gregor Johann Mendel (1858 – 1866) seorang
tabib di Brumn, Austria. Dari hasil penemuan Mendel tentang hereditas
atau penurunan sifat tersebut sehingga dia disebut sebagai Bapak
Genetika. Adanya sifat-sifat yang diwariskan dari orang tua (induk)
kepada keturunannya sudah lama diketahui.
1. Hukum I Mendel
Mendel diakui sebagai Bapak Genetika
karena dianggap sebagai penemu prinsip dasar penurunan sifat (hereditas)
yang sering dikenal dengan hukum Mendel. Dalam percobaannya, Mendel
menanam tanaman kacang ercis (Pisum sativum) dan memeriksa
keturunan-keturunannya. Keputusan Mendel untuk menggunakan kacang ercis
(Pisum sativum) sebagai bahan percobaannya sangat tepat, karena tanaman
ini kuat dan tumbuh dengan cepat. Daun bunga seluruhnya menutupi
organ-organ seksnya sehingga serangga jarang dapat masuk ke dalam
organ-organ seksnya dan akan terjadi penyerbukan sendiri. Agar dapat
terjadi penyerbukan silang, Mendel membuka kuncup-kuncupnya dan membuang
benang sari sebelum masak, kemudian menyapu-nyapukan serbuk sari dari
tanaman lain pada putik.
Keuntungan yang lain adalah kacang ercis
ini banyak menghasilkan keturunan varietas yang berlainan secara nyata.
Di antara varietas kacang ercis memiliki pasangan sifat beda yang
menonjol.
P digunakan untuk sebutan induk, simbol
parental, F (Filius) untuk sebutan keturunan, misalnya F1 berarti
keturunan pertama, F2 berarti keturunan kedua, yang artinya keturunan
dari hasil persilangan antar-F1 dan seterusnya.
a. Persilangan Monohibrid
Sebelum melakukan percobaannya, tanaman
kacang ercis (Pisum sativum) melakukan penyerbukan sendiri sehingga
mendapatkan varietes galur murni. Setelah mendapatkannya, maka Mendel
baru melakukan percobaannya dengan satu sifat beda untuk setiap
persilangannya. Misalnya, mempersilangkan antara kacang ercis berbiji
bulat dengan berbiji keriput. Hasil persilangannya menghasilkan
keturunan kacang ercis berbiji bulat, dan hasilnya terlihat muncul satu
sifat beda kemudian seterusnya dilakukannya lagi persilangan dengan
sifat beda lainnya dan menghasilkan 7 macam sifat beda. Dari hasil
pengamatannya pada keturunan pertama (F1) menunjukkan ciri-ciri yang
sama dengan salah satu induknya.
Hasil Percobaan Mendel dari Persilangan dengan Satu Sifat Beda
Setelah mendapatkan hasil seperti pada
tabel di atas, kemudian Mendel mengulang percobaannya dengan
menyilangkan keturunan pertama (F1) yang dijadikan sebagai induk (P2),
ternyata menghasilkan keturunan F2 yang beraneka ragam. Dari hasil
pengamatannya, sifat resesif yang tidak muncul pada keturunan F1 akan
muncul di keturunan F2.
Mendel beranggapan sifat resesif muncul
karena sifat beda yang dimiliki induknya adalah berpasangan. Jadi, dalam
persilangannya masing-masing induknya akan memberikan satu fakta sifat
beda kepada keturunannya sehingga akan menerima 2 fakta sifat beda dari
masing-masing induknya.
Untuk mempermudahnya dapat pula digunakan tabel, perhatikan!
Dari diagram dan tabel dapat kita lihat perbandingan fenotipe dari F2 adalah = 3 : 1 = bulat : keriput.
Sedangkan untuk perbandingan genotipenya F2 dapat kita lihat adalah 1 : 2 : 1 = BB : Bb : bb
Dengan demikian gen faktor bulat (B)
adalah dominan terhadap faktor keriput (b) dan Bb adalah individu yang
mempunyai fenotipe biji bulat. Mendel melakukan percobaannya berulang
kali, ternyata hasilnya sama seperti dapat dilihat tabel berikut ini.
Dari data tersebut dapat dilihat perbandingan rata-rata sifat dominan : resesif pada F2 adalah 3 : 1.
Berdasarkan hasil percobaan yang
dilakukan Mendel dengan fakta-fakta yang ada, maka muncullah Hukum I
Mendel /Hukum Segregasi yang berbunyi : “Pada peristiwa pembentukan
gamet, gen yang merupakan pasangannya memisah secara bebas”. Setiap sel
gamet akan memperoleh satu gen dari pasangan tersebut. Kemudian Mendel
membuat suatu kesimpulan seperti berikut.
- Setiap sifat suatu organisme dikendalikan oleh satu pasang faktor keturunan yang dinamakan gen (pada waktu itu Mendel belum mengenal gen); yaitu satu faktor dari induk jantan dan satu faktor dari induk betina.
- Setiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, misalnya bulat atau kisut. Kedua bentuk alternatif ini disebut alel.
- Apabila pasangan faktor keturunan terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, faktor dominan akan menutup faktor resesif.
- Pada saat pembentukan gamet, yaitu pada proses meiosis, pasangan faktor atau masing-masing alel akan memisah secara bebas.
- Individu galur murni mempunyai pasangan sifat (alel) yang sama, yaitu dominan atau resesif saja.
Selain tumbuhan, sifat dominan dan
resesif juga terjadi pada manusia, seperti yang dimiliki dalam keluarga
Anda. Dalam satu keluarga akan tampak sifat-sifat dominan dan
sifat-sifat yang dapat tampak atau tidak tampak (resesif).
b. Sifat Intermediet
Mendel tidak hanya berhenti melakukan
satu percobaan, tetapi selalu mengadakan percobaan-percobaan. Ketika
mencoba menyilangkan bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) merah dan
putih menghasilkan keturunan F1 merah muda. Setelah dilakukan
persilangan sesama F1 ternyata menghasilkan keturunan F2 yaitu merah,
merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
Dari hasil percobaan tampak dihasilkan
keturunan dengan perpaduan sifat dari kedua induknya yaitu merah muda,
warna ini disebut dengan sifat intermediet. Warna tersebut terjadi
karena dominasi yang tidak sempurna dari warna merah tetapi masih
menampakkan tanda warna merah dominan terhadap warna putih.
Dari diagram dan tabel dapat dilihat
perbandingan fenotipe dan F2 adalah 1 : 2 : 1 = merah : merah muda:
putih, sedangkan perbandingan genotipenya F2 dapat dilihat 1 : 2 : 1 =
MM : Mm : mm
c. Genotipe Dan Fenotipe
Mendel juga mengemukakan bahwa pada
sifat yang dominan-dominan atau dominan-resesif akan muncul sifat yang
fenotipe dominan, hanya individu yang mempunyai sifat resesif-resesif
akan muncul fenotipe resesif. Seperti yang telah Anda pelajari di bagian
depan bahwa genotipe BB dan Bb menunjukkan fenotipe bulat, sedangkan
genotipe bb akan menunjukkan fenotipe keriput. Jadi, apakah yang
dimaksud dengan genotipe dan fenotipe?
Genotipe merupakan sifat yang ditentukan
oleh gen, dapat dikatakan sebagai sifat yang menurun dan diwariskan
kepada keturunannya. Pengaruh genotipe ini bergantung pada
lingkungannya.
Fenotipe merupakan paduan antara
genotipe dengan lingkungannya, jadi sifat yang tampak dari luar. Coba
Anda pikirkan, seseorang mempunyai bakat menjadi penari, apakah bakat
tersebut akan menampakkan hasilnya jika tidak pernah diberi pelajaran
menari?
Pelajaran menari dan les menari
merupakan suatu lingkungan. Dari contoh tersebut dapat kita amati bahwa
anak yang berbakat menari adalah genotipe, kemudian diberikan les menari
merupakan lingkungan maka akan menampakkan keterampilan menari
(fenotipe).
2. Hukum II Mendel (Persilangan Dihibrid)
Pada saat periode yang sama Mendel
menyelidiki pewarisan, ia juga menyilangkan tanaman ercis yang berbeda
dalam dua sifat, persilangan ini dinamakan persilangan dihibrid. Mendel
menyilangkan varietas ercis berbiji bulat berwarna kuning dengan
varietes ercis berbiji keriput berwarna hijau.
Keturunan pertama (F1) menghasilkan
keturunan berbiji bulat warna kuning. Kemudian Mendel menyilangkan
antara F1 yang menghasilkan keturunan F2 sebagai berikut :
315 varietas ercis berbiji bulat kuning
101 varietas ercis berbiji keriput kuning
108 varietas ercis berbiji bulat hijau
32 varietas ercis berbiji keriput hijau
101 varietas ercis berbiji keriput kuning
108 varietas ercis berbiji bulat hijau
32 varietas ercis berbiji keriput hijau
Jika kita amati perbandingan antara
tanaman tersebut yaitu perbandingan antara tanaman bulat kuning :
keriput kuning : bulat hijau: keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1. Untuk lebih
jelasnya lihat dan amati diagram berikut ini.
Coba Anda perhatikan hasilnya
- Pada nomor : 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13 dihasilkan tanaman varietas ercis berbiji bulat kuning yang jumlahnya ada 9.
- Pada nomor : 6, 8, 14 dihasilkan tanaman varietas ercis berbiji bulat hijau yang berjumlah 3.
- Pada nomor : 11, 12, 15 dihasilkan tanaman varietas ercis keriput kuning yang berjumlah 3.
- Pada nomor : 16 dihasilkan tanaman varietas ercis berbiji keriput hijau yang berjumlah 1.
Sehingga perbandingannya menghasilkan bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1.
Coba Anda perhatikan pada kotak nomor 1,
6, 11, dan 16! Kotak-kotak itu merupakan tanaman homozigot, yaitu BBKK,
BBkk, bbKK, dan bbkk, dan untuk kotak nomor yang lain adalah
heterozigot, coba Anda sebutkan!
Perhatikan kotak nomor 6, yaitu
varietas ercis berbiji bulat hijau dengan nomor 11 yaitu varietas ercis
berbiji keriput kuning. Kedua individu tersebut mempunyai genotipe yang
tidak dimiliki oleh kedua induknya, sehingga individu tersebut disebut
sebagai individu baru (bastar konstan). Individu
tersebut memiliki genotipe yang homozigot dan sifat itu muncul akibat perpaduan sifat kedua induknya.
tersebut memiliki genotipe yang homozigot dan sifat itu muncul akibat perpaduan sifat kedua induknya.
Jika diperhatikan dan diamati, gen yang
telah terpisah tersebut akan bergabung dengan gen dari induk lain pada
saat perkawinan. Penggabungan tersebut terjadi secara acak dan bebas.
Pada perkawinan ini tampak jelas bahwa gen-gen dapat berpasangan
membentuk kombinasi yang beragam. Maka hal tersebut dikenal dengan Hukum
II Mendel atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas (The Law
Independent Assortment of Genes). Hal tersebut dituangkan dalam Hukum II
Mendel yang berbunyi “Bila individu berbeda satu dengan yang lain dalam
dua pasang sifat atau lebih, maka akan diturunkan sifat yang sepasang
tak tergantung dari pasangan sifat yang lain”.
3. Persilangan Dengan Lebih Dari Dua Sifat Beda
Jika kita perhatikan, kemungkinan
genotipe dan fenotipe pada F2 dalam persilangan monohibrid gamet yang
terbentuk pada F1 ada 2 macam dan fenotipenya ada 2 macam dengan
perbandingan 3 : 1. Pada perbandingan dihibrida gamet yang terbentuk
pada F1 sebanyak 4 macam dan fenotipe sebanyak 4 macam dengan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Jika kita melakukan persilangan dengan tiga
sifat beda (trihibrid), misalnya AABBCC disilangkan dengan individu
tersebut yang bergenotipe aabbcc maka F1 nya adalah AaBbCc. P2 akan
menghasilkan gamet sebanyak 8 macam yaitu ABC, ABc, AbC, Abc, aBC, aBc,
abC, dan abc. Dengan demikian F2 akan menghasilkan sebanyak 64 keturunan
atau 82. Bagaimana dengan persilangan trihibrida dan
seterusnya? Untuk menentukannya dapat menggunakan metode segitiga
Pascal, lihat tabel hubungan antara jumlah sifat beda dengan banyaknya
macam gamet F1 dan perbandingan F2 berikut.
4. Persilangan Resiprok, Backcross, dan Testcross
Selain persilangan monohibrid dan dihibrid, dikenal juga persilangan resiprok, backcross, dan testcross.
a. Persilangan Resiprok
Apa yang dimaksud dengan persilangan
resiprok? Persilangan resiprok mempunyai pengertian bahwa dalam suatu
persilangan berlaku sama pada jenis kelamin jantan dan betina, yang
berarti baik jantan maupun betina mendapatkan kesempatan sama dalam
pewarisan sifat. Misalnya, persilangan antara bunga kuning dan bunga
merah akan menghasilkan keturunan yang sama meskipun serbuk sari diambil
dari bunga kuning atau merah.
b. Persilangan Backross
Apabila Anda mengawinkan F1 dengan salah
satu induknya, baik dari induk homozigot dominan maupun resesif, maka
persilangan ini disebut dengan backcross. Tujuan mengadakan perkawinan
ini adalah untuk mengetahui genotipe induknya. Agar lebih jelas
perhatikan contoh di bawah ini.
c. Persilangan Testcross
Apabila Anda mengawinkan F1 (keturunan
pertama) dengan induk yang homozigot resesif, persilangan ini disebut
sebagai persilangan testcross. Testcross bertujuan untuk mengetahui
jenis individu yang diuji, tergolong homozigot atau heterozigot. Jika
hasil persilangan ini mempunyai hasil perbandingan fenotipe keturunan
memisah, maka individu yang diuji adalah heterozigot, tetapi jika uji
silangnya 100% berfenotipe sama maka individu yang diuji adalah
homozigot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar