Jurnal Dwi Mingguan MODUL 2.3 "COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Jurnal Dwi Mingguan 

MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Oleh

IMAM GUNAWAN

SMA NEGERI 1 WANASABA

CGP ANGKATAN 7 KABUPATEN LOMBOK TIMUR NTB

Pada kesempatan ini saya  menggunakan model  4F.

 FACTS ( PERISTIWA)

            Pada hari Kamis, tanggal 9 Maret 2023, saya mulai mempelajari modul 2.3 yaitu Coaching Untuk Supervisi Akademik  di mulai dengan belajar secara mandiri Mulai dari diri  dengan tujuan pembelajaran khusus adalah CGP mampu mengidentifikasi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dirinya terkait coaching di konteks pendidikan.  Pada pembelajaran tahap ini  kami akan menggali pemahaman atas  Coaching Untuk Supervisi Akademik.  Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.

Memulai pembelajaran pada modul 2.3 pada alur Mulai dari diri.  Untuk membantu dalam memaknai bagaimana pentingnya Coaching Untuk Supervisi Akademik, kami  menjawab beberapa pertanyaan reflektif atau pemantik yang ada di LMS seperti pengalaman saat disupervisi oleh Kepala sekolah, kegiatan kegiatan pra dan pasca observasi, posisi situasi yang ideal saat obervasi serta hal hal yang dibutuhkan untuk  mencapai sitasi ideal  tersebut.

Selanjutnya pada pembelajaran Eksplorasi konsep, pada tahap ini kami belajar secara mandiri pada LMS Pada tahap ini kami  bereksplorasi secara mandiri untuk memahami konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam dunia pendidikan. Definisi coaching dan perbedaannya dengan metode pengembangan diri lainnya juga didiskusikan serta  konsep coaching dalam dunia pendidikan.  Tujuan yang di harapkan dari pembelajaran khusus pada  Eksplorasi Konsep adalah: (1). CGP dapat menjelaskan konsep coaching secara umum. (2). CGP dapat membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training (3). CGP dapat menjelaskan konsep coaching dalam konteks pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat).

Supervisi akademik bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah sebagaimana tertuang dalam standar tenaga kependidikan pada Standar Nasional Pendidikan pasal 20 ayat 2: Kriteria minimal kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya.

Bersamaan dengan Pembelajaran modul 2.3, pada tanggal 08 Maret 2023 kami  juga mendapat Pendapingan Individu  3 oleh Pengajar Praktek kami yaitu Bapak Yusli Malindera, S.Pd. Pada kesempatan ini banyak hal yang kami dapatkan dari berbagi  pengalaman kemajuan program serta mencarikan solusi terhadap kendala dan hambatan yang kami alami selama mengikuti program guru penggerak angkatan 7. Selanjutnya pada tanggal 12 Maret  2023 kami mengikuti Lokakarya 3  yang bertempat di SMP  Megeri 1 Sukamulia Kab. Lombok Timur NTB. Pada kesempatan ini kami tergabung dengan kelompok lain dalam satu kelas. Banyak pembelajaran yang kami lalui bersama dengan pengajar praktek kami diantaranya refleksi kegiatan pendampingan, simulasi  pembelajaran berdiferensiasi dan KSE serta kegiatan lainya.

Selanjutnya pada tanggal 16 Maret 2023 kami melanjutkan dengan pembelajaran di Ruang Kolaborasi.  Tujuan Pembelajaran khusus tahap ini adalah CGP dapat mempraktikkan alur percakapan coaching TIRTA dan melakukan refleksi terhadap praktik percakapan coaching yang telah dilakukan dengan sesama rekan CGP.  Pada tahap ini kegiatan  di ruang kolaborasi terbagi dalam 2 sesi. Sesi  pertama pada tanggal 16 Maret 2023, pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah Latihan coaching melalui alur TIRTA dan sesi kedua pada tanggal 17 Maret 2023, kegiatan yang dilakukan adalah praktek coaching melalui alur TIRTA bersama dengan rekan CGP lain secara bergantian. Selanjutnya Pada tanggal 23 Maret  2023 kegiatan elaborasi pemahaman secara daring bersama Instruktur.

 

FEELINGS ( PERASAAN)

Pada Modul 2.3 ini banyak ilmu yang saya dapatkan, banyak hal baru, pengalaman baru yang berbeda dengan sebelumnya, terutama tentang konsep Coaching, perbedaan dengan konsep pengembangan diri yang lainya, serta paradigm dan prinsip coaching, sehingga  semakin bertambah wawasan saya. Bukan hanya ilmu yang saya dapatkan tetapi juga mengajarkan kita untuk berbagi ilmu, berbagi pengalaman serta motivasi  bersama CGP lainnya. Perasaan saya senang dan sangat antusias untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang coaching dan supervisi Akademik. Pemahaman awal saya bahwa supervise akademik adalah penilaian evaluasi mencari kesalahan sehingga membuat  saya pada saat akan di supervise itu menjadi tegang atau takut. Tetapi setelah saya mengikuti pembelajaran modul ini  ternyata supervise akademik adalah bukan hal yang menakutkan tetapi adalah suatau hal yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dengan coaching.

 

 FINDING ( PEMBELAJARAN )

Setelah mempelajari Modul 2.3  saya menyadari bahwa Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya. Mendorong warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid. Pengembangan kompetensi diri dan orang lain perlu menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid.

Untuk dapat membantu rekan sejawat kita untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:

1.       Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan

2.       Bersikap terbuka dan ingin tahu

3.       Memiliki kesadaran diri yang kuat

4.       Mampu melihat peluang baru dan masa depan

 Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat, siswa  atau siapa saja, kita dapat menggunakan prinsip coaching dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi.  Prinsip coaching, yaitu

1.       kemitraan,

2.       proses kreatif,

3.       memaksimalkan potensi

sedangkan Kompetensi inti coaching:

1.       Kehadiran Penuh

2.       Mendengarkan Aktif

3.       Mengajukan Pertanyaan Berbobot

4.       Mendengarkan dengan RASA

Dalam membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna dapa menggunakan percakapan alur TIRTA. Coaching dengan alur TIRTA yaitu Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi dan Tanggung jawab.

 

 FUTURE ( PENERAPAN )

Untuk mewujudkan visi yang telah saya buat, saya akan mengajak rekan rekan guru di sekolah dan berkolaborasi  untuk bersama-sama melakukan perubahan dengan tidak terlalu berfokus pada permasalahan  namun terfokus pada kekuatan yang dimiliki. Selain itu saya akan berkolaborasi mengadakan pengimbasan  kepada rekan rekan guru  dalam membuat media pembelajaran  interaktif berbasis teknologi   atau internet, sehingga dapat mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini merupakan sebagai salah satu  aksi nyata dari mempelajari modul ini.

 

Semoga memberi manfaat bagi saya dan kita semua, terutama dunia  pendidikan. 

Salam Guru Penggerak.

Tergerak, Bergerak dan Menggerakan